Bangka Belitung: Cerita Layang

Cerita Layang ialah adik kandung penguasa Negeri Tanjung Pandan, Ratu Tunggak Rantau Sawangan Ramas. Saat berumur sepuluh tahun, Cerita Layang pergi berkelana tanpa meninggalkan pesan. Bahkan, hingga puluhan tahun dalam pengelanaannya tidak pernah memberi kabar kepada kakak kandungnya. Dapatkah Cerita Layang berkumpul kembali bersama kakak kandungnya? Ikuti kisahnya dalam cerita Cerita Layang berikut ini!
Dahulu di Negeri Tanjung Pandan, Provinsi Bangka-Belitung, hidup dua orang kakak beradik. Sang Kakak bernama Ratu Tunggak Rantau Sawangan Ramas, penguasa Negeri Tanjung Pandan. Sementara sang Adik bernama Cerita Layang yang masih berumur sepuluh tahun, mahir bermain silat dan suka menolong. Pada suatu hari, entah alasan apa, Cerita Layang pergi berkelana tanpa memberitahukan kakaknya. Setelah bertahun-tahun kemudian, ia tumbuh menjadi pemuda yang tampan dan gagah. Suatu sore, ia sedang duduk menikmati semilir angin senja Pantai Ujung Tanjung di Pulau Rencong. Dia melihat sebuah kapal yang akan menuju ke arah hulu Ketahun.

"Hai, bukankah itu kapal milik Pangeran Cilibumi Aceh?" gumamnya. "Wah, orang serakah itu pasti mau pergi menagih hutang lagi."

Setelah yakin bahwa kapal itu milik Pangeran Cili Aceh, Cerita Layang langsung beranjak dari duduknya hendak mencegat laju kapal itu. Ia sangat mengenal watak Pangeran Cili. Konon, Pangeran Aceh itu memiliki sifat licik, suka membunuhorang yang tidak sanggup membayar hutang kepadanya dengan cara menaburi racun dalam makanan mereka. Mengetahui gelagat Pangeran itu, Cerita Layang pun segera mengayuh perahunya yang ditambatkan di tepi laut untuk mencegat kapal itu.

"Hai, Pangeran Cili! Sebaiknya engkau urungkan niat jahatmu itu!" seru Cerita Layang. Mendengar itu, Pangeran Cili naik pitam. Dengan lantangnya, ia berteriak menantang Cerita Layang untuk bertarung. Tanpa berpikir panjang, Cerita Layang langsung menerima tantangan itu. Ia pun segera merapat dan naik ke atas kapal Pangeran Cili. Pertempuran sengit pun tak terelakkan. Cerita Layang berkelit ke sana kemari untuk menghindari serangan musuh yang datang secara bertubi-tubi. Sudah empat belas hari empat belas malam pertempuran itu berlangsung, namun belum satu pun yang terkalahkan. Pada hari kelima belas, Pangeran Cili sudah mulai kelelahan, sedangkan Cerita Layang masih tampak segar bugar. Pada saat yang tepat, Cerita Layang melayangkan sebuah tendangan keras dan tepat mengenai rahang kanan Pangeran Cili. Sehingga, sang Pangeran jatuh tersungkur. Setelah itu, Pangeran Cili pun menyerahkan sebagian harta kekayaannya kepada Cerita Layang berupa tujuh buah gedung yang berada di Kolam Hulu dan Kolam Hilir, bermacam-macam mata uang ringgit, seperiuk intan, serta dua puluh satu karung emas kepada Cerita Layang. Namun, Cerita Layang tidak mengambil sepersen pun dari harta benda tersebut, melainkan mengembalikannya kepada Pangeran Cili.

"Hai, Pangeran Cili! Ambillah kembali harta bendamu itu sebagai tebusan atas seluruh hutang orang-orang yang berhutang kepadamu. Tapi, ingat! Kamu tidak boleh lagi kembali menagih hutang, apalagi menghabisi nyawa mereka!" ujar Cerita Layang.

"Baiklah, Cerita Layang! Saya berjanji tidak akan menagih hutang lagi" ucap Pangeran Cili.

Setelah itu, Cerita Layang kembali melanjutkan perjalanan untuk mengelana dari satu pulau ke pulau yang lain. Ketika ia sampai di sebuah ujung pulau, tampak dua buah rejung (kapal) yang hendak menepi. Ternyata, pemilik kedua rejung tersebut ialah rentenir juga. Mereka ialah Malim Kumat dan Malim Pantap. Alangkah terkejutnya Cerita Layang setelah menyelidiki isi kedua kapal itu. Ia melihat banyak benda-benda berharga milik Kerajaan Tanjung Pandan yang sangat dikenalinya. Ia yakin bahwa kedua rentenir tersebut baru pulang dari menagih hutang di Negeri Tanjung Pandan. Selain itu, Cerita Layang juga melihat dua remaja yang sedang di tawan di atas kapal itu. Namun, ia tidak mengetahui bahwa mereka ialah keponakannya sendiri, yaitu Sindiran Dewa dan Dewa Pasindiran, putra Ratu Tunggak atau kakak kandungnya. Sebab, kedua anak tersebut belum lahir ketika ia meninggalkan Negeri Tanjung Pandan. Para rentenir menantang Cerita Layang. Akhirnya, pertarungan sengit pun terjadi. Akhirnya pertarungan yang berlangsung selama berhari-hari itu dimenangkan oleh Cerita Layang.

Sementara itu, Sindiran Dewa dan Dewa Pasindiran dapat meloloskan diri dan lari masuk ke dalam hutan pada saat pertempuran itu berlangsung. Di tengah hutan, mereka bersepakat berpisah untuk mengadu nasib sendiri-sendiri. Sindiran Dewa berlari menuju ke arah Muara Bengkulu dan menetap di sana. Menurut cerita, ia diangkat menjadi anak dan diajari ilmu bela diri oleh seorang hulubang yang bernama Hulubalang Anak Dalam Wirodiwongso.

Pada suatu hari, Sindiran Dewa mendengar kabar bahwa negerinya, Tanjung Pandan, hancur diserang oleh Pangeran Cili. Ternyata, pengaren dari Aceh itu tak jera setelah dikalahkan oleh Cerita Layang. Ia menawan ayah dan kakak perempuan Sindiran Dewa yang bernama Item Manis. Mendengar kabar tersebut, Sindiran Dewa memohon izin kepada ayah angkat sekaligus gurunya untuk pergi menyelamatkan ayahanda dan kakaknya yang di tawan oleh Pangeran Cili di Negeri Aceh.

Sindiran Dewa berlayar ke Aceh . Setibanya di sana, ia menyelinap masuk ke kediaman Pangeran Cili untuk melepaskan ayahanda dan kakaknya, kembali pulang. Begitu ia hendak meninggalkan Aceh, tiba-tiba Pangeran Cili muncul dari balik semak-semak bersama dua anak buahnya. Pertarungan sengit pun terjadi. Sindiran Dewa dikeroyok oleh Pangeran Cili bersama dua orang anak buanya. Baru saja pertarungan itu dimulai, tiba-tiba Dewa Pesindiran muncul membantu kakaknya. Tak berapa lama kemudian, Cerita Layang yang kebetulan lewat di tempat kejadian itu ikut membantu kedua putra Ratu Tanjung Pandan tersebut. Akhirnya pertarungan semakin seru, satu melawan satu. Sindiran Dewa dan adiknya melawan kedua anak buah Pangera Cili, sedangkan Cerita Layang berhadapan langsung dengan Pangeran Cili.

"Oh kamu lagi, hai Pangeran Cili! Ternyata kamu telah lupa pada janjimu dulu untuk tidak menjadi rentenir lagi!" seru Cerita Layang.

"Ketahuilah, hai Cerita Layang! Gara-gara kamu, saya menjadi bangkrut. Jadi, saya terpaksa kembali menjadi rentenir," kata Pangeran Cili.

"Dasar serakah! Terimalah pukulanku ini!" seru Cerita Layang seraya melepaskan sebuah pukulan keras dan cepat ke dada Pangeran Cili.

Pangeran Cili pun tidak mampu lagi menghindar. Ia jatuh dan tewas. Melihat pangeran dari Aceh tidak bergerak lagi, Cerita Layang segera membantu Sindiran Dewa dan Dewa Pesindiran. Dalam waktu singkat, mereka pun berhasil mengalahkan kedua anak buah Pangeran Cili tersebut. Setelah itu, suasana menjadi hening. Cerita Layang dan kedua pangeran dari Tanjung Pandan itu saling berpandangan. Meskipun belum saling mengenal, hati mereka terasa sangat dekat.

"Hai, anak muda! Siapa kalian dan berasal dari mana?" tanya Cerita Layang.

"Kami ialah putra Ratu Tunggak dari Kerajaan Tanjung Pandan," jawab Sindiran Dewa.

Cerita Layang langsung tersentak kaget. Ia hampir tidak percaya dengan apa yang dikatakan Sindiran Dewa. Tanpa sepatah kata pun keluar dari mulutnya, Cerita Layang langsung merangkul Sindiran Dewa dan Dewa Pesindiran. Tak terasa air matanya mengalir karena terharu dapat bertemu dengan keponakannya. Sindiran Dewa dan adiknya pun terheran-heran melihat sikap Cerita Layang. " Saya ini paman kalian. Saya Cerita Layang, adik kandung ayah kalian," ungkap Cerita Layang.

Mendengar keterangan itu, Sindiran Dewa dan adiknya pun tak kuasa membendung air matanya. Mereka ikut terharu dan gembira karena telah bertemu dengan paman mereka yang telah menghilang selama puluhan tahun. Sindiran Dewa dan adiknya pun mengajak sang Paman menemui ayahanda dan kakak mereka. Betapa senangnya hati Ratu Tunggak bertemu kembali dengan adik kandungnya, Cerita Layang. Mereka pun saling berpelukan dalam suasana penuh haru.

Akhirnya, Cerita Layang bersama kakak dan ketiga ponakannya kembali ke Negeri Tanjung Pandan. Sejak itu, Cerita Layang memutuskan tinggal di Negeri Tanjung Pandan untuk membantu kakaknya menata kembali kerajaan yang telah diporak-porandakan oleh Pangeran Cili. Setelah suasana kembali normal, Pangeran Sindiran Dewa dinobatkan menjadi raja dan Cerita Layang diangkat menjadi penasehat kerajaan. Cerita Layang pun hidup berbahagia bersama kakak dan ketiga keponakannya di istana Tanjung Pandan.



Comments

Popular Posts